Pemilihan Varietas
Varietas jagung yang digunakan merupakan faktor penentu potensi hasil. Varietas unggul jagung yang akan diusahakan sebaiknya mempunyai kriteria sebagai berikut:
- Hasil per satuan luas relatif tinggi
- Tanggap terhadap pemupukan
- Berumur pendek
- Beradaptasi baik padaa berbagai kondisi llingkungan
- Mempunyai batang yang kokoh dan tahan rebah
- Tahan terhadap hama penting
- Biji keras dengan warna biji merata
- Kandungan protein biji cukup tinggi
Persiapan Lahan
Persiapan lahan untuk tanaman jagung meliputi pengolahan tanah dan pembuatan saluran drainase.
Pengolahan tanah dapat dilakukan 2 (dua) kali, pertama kegiatan pembongkahan tanah dan kedua meratakan, menghaluskan serta membersihkan gulma dan sisa tanaman. Kemudian dibuat saluran di sekeliling lokasi pertanaman. Pada tanah berpasir, pengolahan tanah dapat dilakukan secara minimum sedangkan pada tanah berlempung berat maka pengolahan tanah dilakukan secara sempurna. Untuk tanah yang mempunyai struktur yang gembur, pengolahan tanah tidak perlu dilakukan secara sempurna, cukup diolah sepanjang barisan tanaman sedalam lapisan olah, yaitu sekitar 2 – 4 cm.
Persiapan Benih
Mutu benih sangat menentukan produktivitas jagung yang akan dihasilkan, selain itu penggunaan benih bermutu juga menentukan jumlah benih yang akan dipakai per satuan luas.
Ciri-ciri benih yang baik adalah:
- Bebas hama dan penyakit
- Daya tumbuh di atas 80%
- Biji sehat, berisi dan tidak keriput serta tidak mengkilat
- Tidak bercampur dengan varietas lain
- Penampilan tanaman seragam
- Kebutuhan benih jagung di lahan kering ±25 kg/ha dengan jarak tanam 70x30 cm.
Penanaman
Penanaman tanaman jagung harus memperhatikan kondisi kelembaban tanah. Pada saat tanam tanah harus cukup lembab tapi tidak terlalu basah. Untuk lahan kering penanaman dapat dilakukan dua kalli dalam setahun yaiut; pada Bulan Oktober atau November dan pada Bulan Maret atau April. Penanammn jagung dilakukan dengan cara menugal pada kedalaman 3 – 5 cm, tiap lubang diisi 2 benih. Setelah 15 hari dilakukan penjarangan sekaligus penyulaman pada tanaman yang mati agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal serta seragam.
Pemupukan
Produksi jagung dipengaruhi oleh pupuk, tanpa dilakukan pemupukan produksi jagung akan rendah. Sebaliknya pemupukan yang berlebihan tidak hanya berpengaruh negatif terhadap lingkungan dan produksi tetapi juga dapat menurunkan pendapatn petani, oleh karena itu penggunaan pupuk perlu memperhatikan aspek efisiensinya. Dosis pemupukan jagung di lahan kering adalah; 300 kg/ha Urea, 200 kg/ha SP-36, dan 100 kg/ha KCL. Dengan cara dan waktu aplikasi 1/3 bagian Urea dan seluruh SP-36 dan KCL diberikan dalam larikan di samping barisan tanaman pada saat tanam. Selanjutnya 2/3 bagian Urea diberikan saat tanaman berumur 30 HST biasanya dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan (sanitasi), pembumbunan, pengaturan drinase dan aerasi. Pengturan aerasi sangat penting untuk memperlancar aliran udara yang masuk dan keluar ke petakan tanamn agar terhindar dari serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur atau busuk pelepah (Rhizoctonia sp). Pertumbuhan jagung akan lebih baik apabila tidak terjadi persaingan dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara, terutama pada fase pertumbuhan awal. Penyiangan pertama dapat dilakukan pada umur 10 – 15 HST dan penyiangan kedua dilakukan pada umur 20 – 30 HST.
Pengendalian HPT
Hasil jagung dipengaruhi oleh keberadaan hama penyakit di lapangan. Hama yang sering mengganggu tanaman jagung adalah penggerek batang, lalat bibit, yang disebut hama utama. Sedangkan beberapa hama lain seperti penggerek daun, belalang, penggerek tongkol dan kutu daun disebut hama kedua. Penyakit yang paling penting yang menyerang tanaman jagung selain Bulai (Corn Downy mildew), adalah penyakit hawar daun, busuk pelepah, penyakit karat, bercak daun, busuk tongkol dan busuk batang.
- Bebas hama dan penyakit
- Daya tumbuh di atas 80%
- Biji sehat, berisi dan tidak keriput serta tidak mengkilat
- Tidak bercampur dengan varietas lain
- Penampilan tanaman seragam
- Kebutuhan benih jagung di lahan kering ±25 kg/ha dengan jarak tanam 70x30 cm.
Penanaman
Penanaman tanaman jagung harus memperhatikan kondisi kelembaban tanah. Pada saat tanam tanah harus cukup lembab tapi tidak terlalu basah. Untuk lahan kering penanaman dapat dilakukan dua kalli dalam setahun yaiut; pada Bulan Oktober atau November dan pada Bulan Maret atau April. Penanammn jagung dilakukan dengan cara menugal pada kedalaman 3 – 5 cm, tiap lubang diisi 2 benih. Setelah 15 hari dilakukan penjarangan sekaligus penyulaman pada tanaman yang mati agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal serta seragam.
Pemupukan
Produksi jagung dipengaruhi oleh pupuk, tanpa dilakukan pemupukan produksi jagung akan rendah. Sebaliknya pemupukan yang berlebihan tidak hanya berpengaruh negatif terhadap lingkungan dan produksi tetapi juga dapat menurunkan pendapatn petani, oleh karena itu penggunaan pupuk perlu memperhatikan aspek efisiensinya. Dosis pemupukan jagung di lahan kering adalah; 300 kg/ha Urea, 200 kg/ha SP-36, dan 100 kg/ha KCL. Dengan cara dan waktu aplikasi 1/3 bagian Urea dan seluruh SP-36 dan KCL diberikan dalam larikan di samping barisan tanaman pada saat tanam. Selanjutnya 2/3 bagian Urea diberikan saat tanaman berumur 30 HST biasanya dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan (sanitasi), pembumbunan, pengaturan drinase dan aerasi. Pengturan aerasi sangat penting untuk memperlancar aliran udara yang masuk dan keluar ke petakan tanamn agar terhindar dari serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur atau busuk pelepah (Rhizoctonia sp). Pertumbuhan jagung akan lebih baik apabila tidak terjadi persaingan dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara, terutama pada fase pertumbuhan awal. Penyiangan pertama dapat dilakukan pada umur 10 – 15 HST dan penyiangan kedua dilakukan pada umur 20 – 30 HST.
Pengendalian HPT
Hasil jagung dipengaruhi oleh keberadaan hama penyakit di lapangan. Hama yang sering mengganggu tanaman jagung adalah penggerek batang, lalat bibit, yang disebut hama utama. Sedangkan beberapa hama lain seperti penggerek daun, belalang, penggerek tongkol dan kutu daun disebut hama kedua. Penyakit yang paling penting yang menyerang tanaman jagung selain Bulai (Corn Downy mildew), adalah penyakit hawar daun, busuk pelepah, penyakit karat, bercak daun, busuk tongkol dan busuk batang.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulangan hama dan penyakit pada tanaman jagung adalah sebagai berikut:
- Penanaman varietan yang toleran terhadap hama/penyakit utama
- Pemusnahan tanaman yang sakit
- Pengaturan pola tanam
- Penggunaan fungisida cukup efektif untuk mencegah perkembangan penyakit bulai
Panen dan Pasca Panen
Jagung pipilan kering sudah siap dipanen apabila telah terbentuknya lapisan hitam di ujung biji dan kulit tongkol (klobot) sudah mengering. Jika tidak segera dikonsumsi atau dijual, maka sebaiknya jagung dipanen bersama klobotnya agar biji tidak mudah rusak dan dapat disimpan selama 3 – 4 bulan. Pada saat panen kadar air harus dalam kondisi yang rendah yaitu 14 – 15%. Bila kadar air tinggi 17 -20% menyebabkan terjadinya susut hasil besar. Hal ini ada kaitannya dengan hama yang ada di tempat penyimpanan.
- Penanaman varietan yang toleran terhadap hama/penyakit utama
- Pemusnahan tanaman yang sakit
- Pengaturan pola tanam
- Penggunaan fungisida cukup efektif untuk mencegah perkembangan penyakit bulai
Panen dan Pasca Panen
Jagung pipilan kering sudah siap dipanen apabila telah terbentuknya lapisan hitam di ujung biji dan kulit tongkol (klobot) sudah mengering. Jika tidak segera dikonsumsi atau dijual, maka sebaiknya jagung dipanen bersama klobotnya agar biji tidak mudah rusak dan dapat disimpan selama 3 – 4 bulan. Pada saat panen kadar air harus dalam kondisi yang rendah yaitu 14 – 15%. Bila kadar air tinggi 17 -20% menyebabkan terjadinya susut hasil besar. Hal ini ada kaitannya dengan hama yang ada di tempat penyimpanan.